12 SEPTEMBER 2020
UNDANG-UNDANG
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR
17 TAHUN 2008
TENTANG
PELAYARAN
BAB IX
KELAIKLAUTAN KAPAL
Bagian Ketiga
Pengawakan Kapal
Pasal 138
1. Nakhoda wajib berada di kapal selama berlayar.
2. Sebelum kapal berlayar, Nakhoda wajib memastikan bahwa kapalnya telah
memenuhi persyaratan kelaiklautan dan melaporkan hal tersebut kepada
Syahbandar.
3. Nakhoda berhak menolak untuk melayarkan kapalnya apabila mengetahui
kapal tersebut tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
4. Pemilik atau operator kapal wajib memberikan keleluasaan kepada Nakhoda
untuk melaksanakan kewajibannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 139
Untuk tindakan
penyelamatan, Nakhoda berhak menyimpang dari rute yang telah itetapkan dan
mengambil tindakan lainnya yang diperlukan.
Pasal 140
1. Dalam hal Nakhoda untuk kapal motor ukuran GT 35 (tiga puluh lima Gross
Tonnage) atau lebih yang bertugas di kapal sedang berlayar untuk sementara
atau untuk seterusnya tidak mampu melaksanakan tugas, mualim I menggantikannya
dan pada pelabuhan berikut yang disinggahinya diadakan penggantian Nakhoda.
2. Apabila mualim I sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak mampu
menggantikan Nakhoda sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mualim lainnya yang
tertinggi dalam jabatan sesuai dengan sijil menggantikan dan pada pelabuhan
berikut yang disinggahinya diadakan penggantian Nakhoda.
3. Dalam hal penggantian Nakhoda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) disebabkan halangan sementara, penggantian tidak mengalihkan
kewenangan dan tanggung jawab Nakhoda kepada pengganti sementara.
4. Apabila seluruh mualim dalam kapal berhalangan menggantikan Nakhoda sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), pengganti Nakhoda ditunjuk oleh dewan kapal.
5. Dalam hal penggantian Nakhoda sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disebabkan halangan tetap, Nakhoda pengganti sementara mempunyai kewenangan dan
tanggung jawab sebagaimana diatur dalam Pasal 137 ayat (1) dan ayat (3).
Pasal 141
1. Nakhoda untuk kapal motor ukuran GT 35 (tiga puluh lima Gross Tonnage)
atau lebih dan Nakhoda untuk kapal penumpang, wajib menyelenggarakan buku
harian kapal.
2. Nakhoda untuk kapal motor ukuran GT 35 (tiga puluh lima Gross Tonnage)
atau lebih wajib melaporkan buku harian kapal kepada pejabat pemerintah yang berwenang
dan/atau atas permintaan pihak yang berwenang untuk memperlihatkan buku harian
kapal dan/atau memberikan salinannya.
3. Buku harian kapal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dijadikan
sebagai alat bukti di pengadilan.
Pasal 142
1. Anak Buah Kapal wajib menaati perintah Nakhoda secara tepat dan cermat
dan dilarang meninggalkan kapal tanpa izin Nakhoda.
2. Dalam hal Anak Buah Kapal mengetahui bahwa perintah yang diterimanya
tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku, maka yang bersangkutan berhak
mengadukan kepada pejabat pemerintah yang berwenang.
Pasal 143
1. Nakhoda berwenang memberikan tindakan disiplin atas pelanggaran yang
dilakukan setiap Anak Buah Kapal yang:
a. meninggalkan kapal tanpa izin Nakhoda;
b. tidak kembali ke kapal pada waktunya;
c. tidak melaksanakan tugas dengan baik;
d. menolak perintah penugasan;
e. berperilaku tidak tertib; dan/atau
f. berperilaku tidak layak.
2. Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 144
1. Selama perjalanan kapal, Nakhoda dapat mengambil tindakan terhadap
setiap orang yang secara tidak sah berada di atas kapal.
2. Nakhoda mengambil tindakan apabila orang dan/atau yang ada di dalam
kapal akan membahayakan keselamatan kapal dan Awak Kapal.
3. Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 145
Setiap orang
dilarang mempekerjakan seseorang di kapal dalam jabatan apa pun tanpa disijil
dan tanpa memiliki kompetensi dan keterampilan serta dokumen pelaut yang dipersyaratkan.
Pasal 146

No comments:
Write comments